rencananya waktu itu mau diikutin lomba dikampus.. eh gk jadi karena sesuatu :3
sip.. silahkan di baca... saran dan komentar diharapkan... :nunduk:
warning: JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA ATAU TEMPAT ITU TIDAK DISENGAJA. -anggap aja saya emang suka nama kalian :3-
===========================================================
           
 Zahra masih terdiam, sudah 30 menitberlalu sejak dia duduk disamping 
jendela kamar, ditangannya nampak sebuahundangan yang masih belum 
terbuka. Sesekali dia menghela nafas pelan sambilmenatap keluar. Tapi 
dia tidak benar-benar melihat keluar, karena disana diahanya bisa 
melihat tiang jemuran. Tidak menarik. Ditatapnya undangan yangsedari 
tadi digenggamnya erat-erat. Zahra masih menimbang-nimbang untuk 
membacaundangan itu atau tidak. 45 menit berlalu, dia tersenyum kecil 
kemudian bangkitdari kursinya menuju meja belajar. Undangan itu 
disimpannya kedalam laci mejabelajar tanpa membacanya terlebih dahulu. 
Dia telah memutuskan untukmengabaikannya, dia tak ingin dirinya terluka.
           
 Adalah Fadli, nama seorang pria yangdulu pernah singgah dihati Zahra. 
Perasaan itu harus dipendamnya karena aturanagama yang tidak membolehkan
 berpacaran, ditambah lagi aturan pesanten tempatmereka menimba ilmu 
melarang keras jika ada muridnya yang berpacaran. Meskibegitu, zahra 
mengenalnya dengan baik karena dulu mereka sering berdiskusikeislaman 
bersama pak kyai. Dia pria yang baik dan sopan, agamanya apa lagi..salah
 satu murid kebanggaan pak kyai. “sungguh beruntung wanita yang 
kelakmenjadi istrinya.” Pikir Zahra saat itu. Kemarin dia menerima 
kiriman darikampungnya, berupa undangan. Seketika Zahra terkejut setelah
 membaca nama yangtertera  pada undangan itu, Fadli danSekar. SEKAR?! 
Zahra ingat gadis itu, dia adalah anak pak kyai, tentu saja pakkyai akan
 menjodohkan putri semata wayangnya pada Fadli, pria yang soleh. 
Zahramemutuskan tak ingin membaca undangan itu, dan tentunya diapun tak 
akanmenghadiri pernikahan mereka. “wanita mana yang bisa datang ke 
pernikahan priayang disukainya bersama wanita lain dengan senyuman?” 
batinnya. Dia telahmemutuskan, bersamaan dengan dsimpannya undangan itu 
dia akan mengubur perasaanitu dan fokus pada pendidikannya. Ya.. tekad 
Zahra telah bulat. Diapun yakin,jauh disana.. telah ada calon imam yang 
telah menantinya, calon imam yangdiridhoi Allah SWT, hanya untuknya.
           
 Tiga tahun berlalu dengan cepat, takpernah lagi Zahra mendengar berita 
tentang Fadli sejak undangan ituditerimannya. Zahra kini tengah sibuk 
menyusun skripsi, kesibukan itumemaksanya untuk sering ke perpustakaan. 
Dia tengah duduk disalah satu bangkuperpustakaan, beberapa buku tebal 
menumpuk didepannya. Terlihat kantung matadiwajahnya, dia kelelahan. 
Dikedip-kedipkan matanya untuk meregangkan ototmatanya agar kantuknya 
dapat tertahan barang sejenak. Seorang pria meletakkansekaling kopi 
dimejanya dan duduk disampingnya. Zahra kaget lalu memandangminuman dan 
pria itu secara bergantiang dengan ekspresi kebingungan. 
“untukmu..minumlah, kau nampak begitu kelelahan.” Ujar suara itu pelan, 
sampak senyumankecil diujung bibirnya. “terima kasih.” Ucap Zahra lalu 
meminum kopi itu pelan.Pria itu terus duduk tenang disampingnya, dia 
bahkan tidak sedang membaca buku.
            Zahra 
masih berkutat denganbuku-buku yang dibacanya. Pria disampingnya belum 
juga pergi, padahal tak adabuku yang dibacanya, dia hanya duduk dan 
diam. Lama-lama Zahra pun merasa risihkarenanya. Dia menghela nafas dan 
merapikan barang-barangnya, “lebih baik akupulang saja dan 
menyelesaikannya di kos.” Pikirnya. Dia mengembalikan beberapabuku pada 
raknya dan sebagian dia bawa kepengawas untuk dipinjam. Zahra 
sempatmelirik sedikit kearah tempat pria tadi duduk, pria itu telah 
menghilang. Zahramengernyitkan dahinya. Saat keluar, lagi-lagi Zahra 
dikagetkan oleh sosok priatadi yang telah menungguinya diluar. Pria itu 
tersenyum dan menatap kearahZahra, dan Zahra yang masih syok hanya bisa 
terdiam melihat pria itu. “halo..Zahra kan?” tanya pria itu. Zahra 
mengangguk mengiyakan, kemudian balikbertanya, “ maaf.. apa saya kenal 
anda?” Pria itu tertawa kecil, “tidak.. kamutidak kenal saya, tapi saya 
tahu kamu.” Jawab pria itu. Pria itu melanjutkan,“bagaimana kalo kita 
ngobrol? Kamu juga belum makan siang kan?” Zahra diamsejenak, kemudian 
menjawab, “saya memang belum makan siang...” wajah pria ituterlihat 
senang, tapi kemudian Zahra melanjutkan, “tapi saya harus shalatterlebih
 dulu, dan saya juga sedang tidak ada waktu untuk ngobrol. Jadi 
tidakusah terima kasih. Maaf, permisi. Assalamu’alaikaum.” Zahra 
meninggal pria itu.Pria itu nampak bingung mendengar jawaban Zahra tadi,
 “sholat?” gumamnyabingung. Tapi kemudian dia kembali tersenyum menatap 
kepergian Zahra, “menariksekali, kau memang wanita yang menarik Zahra.” 
Batinnya.
Malammenjelang, Zahra kembali bermain dengan 
buku-buku yang sore tadi dipinjamnya.Namun Zahra terus saja gagal 
berkonsentrasi, kejadian diperpustakaan tadi terusmenerus membayanginya.
 Ada begitu banyak pertanyaan dibenaknya. Dari mana priaitu tahu 
namanya? Pria itu mengetahuinya tapi dia tak mengenalnya? Mengapa 
diamemberikan Zahra minuman? padahal Zahra tak mengenalnya. “tapi 
kalaudipikir-pikir, dia orang yang baik. Dan juga tampan...” pikirnya 
sambiltersenyum kecil. Wajah tampan pria itu lalu terlintas 
dipikirannya, sontak diaberistighfar berkali-kali. “astaghfirullah! Apa 
yang kupikirkan. Pikiranku telahdiracuni setan. Ya Allah.. jauhkan aku 
dari godaan setan.” Ucapnya pelan. Zahrakemudian menghela nafas dan 
berusaha kembali berkutat dengan buku-buku yangdipinjamnya, tapi masih 
gagal, dia masih belum bisa konsentrasi. “mungkin akukelelahan. Kalau 
aku istirahat sebentar, pasti bisa konsentrasi lagi.”Pikirnya. Zahra pun
 berbaring di kasurnya dan masuk ke alam mimpi.
Zahraterbangun 
dengan mata terbelalak, “Astaghfirullahaladzim!” ucapnya. Dia 
menutupmulutnya, tak percaya dengan apa yang dimimpikannya.terdengar 
suara adzanmengagetkannya meski terdengar samar. Dia langsung meraih jam
 waker-nya danlagi-lagi matanya terbelalak menatap jam itu. “ sudah jam 
5?” ucapnya takpercaya. Dia langsung menepuk jidatnya, menyaari kalau 
dia lupa menyetingalarmnya padahal dia hanya berencana tidur selama satu
 atau dua jam saja. Diamenghela nafas sekali, kemudian bangkit untuk 
berwudhu dan menunaikan sholatsubuh.
Zahranampak mengunyah dengan 
kesal, ditangannya terlihat segelas es buah. Saat inidia sedang duduk di
 stand penjual es buah seberang perpustakaan. “siapa sihpria itu? Aku 
jadi sulit konsentrasi.. dia bahkan sampai memasuki alam mimpiku.Setan 
benar-benar berniat menggodaku.” Pikirnya. “ah! Kita bertemu lagi 
Zahra.Loh.. kenapa cemberut?” suara pria yang mengagetkan Zahra, namun 
dia mengenalsuara itu.. suara pria yang bertemu dengannya di 
perpustakaan waktu itu. Priaitu lalu duduk tak jauh dari Zahra, “bu, 
pesan es buah satu.” Ucapnya padapenjual. “oh, iya mas bayu. Yang 
seperti biasa kan?” penjual itu kembalibertanya. “iya.” Jawab pria yang 
ternyata bernama bayu itu dengan senyumlembut. Zahra menatap penjual es 
buah dan bayu bergantian dengan penuh tanya.“nama saya bayu...” ucapnya 
memperkenalkan diri. “Zahra..” jawab Zahra singkat.“iya. Saya sudah 
tahu.” Ucap bayu sambil tertawa kecil. Bayu menerima es buahyang diberi 
penjual, dan mulai melahap es buahnya. “saya bekerja disekita sini,saya 
langganan disini makanya bu Siti mengenal saya.” Ujarnya sambil 
meliirksekali kepenjual es buah yang bernama bu Siti. Zahra 
menganggukkan kepalanyapelan. “terus dari mana kamu tahu nama saya?” 
Zahra kemudian bertanya. Bayumasih tersenyum ramah dan menjawab, “oh 
itu.. dulu, saya tidak sengaja lihatkamu ngobrol sama rekan kerja saya 
waktu kami makan es buah rame-rame disini.Dia salah seorang seniormu, 
namanya Neneng. Dia yang memberi tahu namamu” Zahralangsung teringat 
kejadian itu. Hening sesaat, kemudian Zahra angkat bicara.“kalau begitu 
saya permisi. Assalamu’alaikum.” Ucapnya dan meninggalkan tempatitu. 
“wa’alaikumsalam” jawab ibu Siti pelan. “cantik ya, mas Bayu?” 
lanjutnyasambil menatap Zahra yang menjauh. Bayu hanya tersenyum. “mas 
Bayu kalau maudeket sama dia, agamanya dibagusin dulu. Wanita solehah 
loh dia..” ujar bu Sitilagi. Bayu kini melongo mendengar ucapan ibu itu,
 tapi setelah itu diamengangguk setuju.
Bunyihandphone 
mengalihkan pandangan Zahra dari buku-buku yang dibacanya. Nomor 
takdikenal. “Assalamu’alaikum. Ini siapa?” tanya Zahra pelan. “ya, 
halo.. inibayu.” Zahra terperanjat. “ahmaaf.. saya dapat nomor telfonmu 
dari Neneng.”Lanjutnya. “oh iya, ukhti Neneng. Harusnya sudah kuduga.” 
Batin Zahra. “adakeperluan apa?” tanya Zahra lagi. Bayu menjawab, “ah.. 
itu. Kalau boleh sayamau minta diajarkan agama sama kamu. Boleh kan?” 
Zahra berfikir sejenak. Umatmuslim diperintahkan untuk menyebarkan 
agama, dan membantu sesama dan salingmengajarkan. Dia menarik nafas 
dalam-dalam, “baiklah, besok jam dua siangdiperpustakaan.” Ujarnya. 
“oke, Assalamu’alaikum.” Jawab Zayu lalu telfonditutup. 
“wa’alaikumsalam.” Jawab Zahra pelan seakan tak percaya dengan yangbaru 
didengarnya. Bayu mengucapkan “Assalamu’alaikum” untuk pertama 
kalinyapadanya. Sementara itu, Bayu nampak sangat senang. Tangannya 
mengutak-atiklaptop, mengerjakan sesuatu. Pikirannya kembali pada 
percakapannya denganpenjual es buah tadi siang, sebuah senyum 
tersungging dibibirnya. “bu,ngomong-ngomong. ‘Assalamu’alaikum’ itu 
apa?” tanya bayu bingung. Ibu itutertawa lalu menjelaskan, “itu salam 
yang digunakan umat islam pada sesaam umat.Itu adalah doa keselamatan. 
Jika mas Bayu denger ada orang mengucapkannya harusdijawab 
‘wa’alaikumsalam’.” Bayu menganggukkan kepala, “oh.. kalo begitu 
sayapermisi juga bu. Assalamu’alaikum.” Ucap Bayu girang meninggalkan 
stand itu.Ibu itu hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala, 
“wa’alaikumsalam” ucapnyapelan.
Zahra kiniduduk disalah
 satu kursi perpustakaan. Dihadapannya Bayu telah duduk manis.“jadi kamu
 mau belajar apa?” tanya Zahra. matanya menatap ke bawah, tatapanpria 
itu yang lurus padanya membuatnya risih. “agama...” jawab bayu 
singkatdengan wajah polos dan senyum yang masih tersungging. Zahra 
mengernyitkandahinya, “maksud saya.. apa saja yang sudah kamu ketahui 
tentang agama islam?”kali ini dia mengubah pertanyaannya. Pria itu 
mengeleng kepala, tanda tak ada.Zahra sempat terkejut, namun kembali 
tenang. Dia kemudian berdiri dan mengambilsebuah buku dari salah satu 
rak dan menyodokannya pada pria dihadapannya itu.“karena kamu belum tahu
 apa-apa tentang islam, kamu baca saja dulu buku itu.Minggu depan, kita 
ketemu lagi disini jam yang sama. Assalamu’alaikum.” Zahralalu pergi. 
“wa’alaikumsalam” jawab Bayu pelan sambil menatap kepergian gadisitu. 
Kemudian dilihatnya buku yang tadi diberi Zahra, “SEJARAH ISLAM” 
tertulispada sampulnya.
Zahraberjalan di area 
kampusnya, langkahnya begitu cepat seakan ada sesuatumengejarnya. 
Sesungguhnya dia merasa tak enak hati meninggalkan Bayu sepertitadi, tak
 sopan dan tidak bertanggung jawab! Tapi dia pun tak bisa apa-apa, 
diaharus mempersiapkan banyak hal untuk wisudanya hari sabtu. Tiba-tiba 
diamenabrak seseorang, “maaf” ucapnya. Namun tak ada waktu untuk menatap
 orangitu, gadis itu melanjutkan langkahnya. Sementara itu, orang yang 
tadi ditabrakgadis itu hanya tersenyum dan bergumam, “Zahra belum 
berubah.”
Sabtu,kini Zahra sedang berdiri menatap dua 
sosok dihadapannya dengan senyum bangga. Beberapamenit kemudian, salah 
satunya memeluk tubuhnya erat, dan nampak airmata terharudiwajahnya. 
Kedua sosok itu adalah ayah ibunya. Wajah gadis itu lalu 
berubahterkejut, bukan karena ayahnya.. tapi karena sosok pria yang ada 
dibelakangayahnya. Pria itu berjalan kearahnya dengan menggenggam 
sebuket bunga mawarmerah di tangan kanannya. Pria itu adalah Bayu, 
“Assalamu’alaikum.” Sapanya.“wa’alaikumsalam.” Jawab Zahra dan kedua 
orangtuanya. Bayu menyodorkan bungayang dibawanya pada Zahra, “untukmu..
 selamat ya.” “terima kasih.” Ucap zahratersenyum. Gadis itu lalu 
memperkenalkan pria itu pada kedua orangtuanyasebagai teman dan 
muridnya. 
Zahraduduk dikelas yang tengah kosong 
karena murid-muridnya telah pulang. Sudah duabulan sejak wisudanya, kini
 dia bekerja sebagai guru disalah satu sekolahdikota itu. Kegiatan 
belajar-mengajarnya dengan Bayu pun berjalan lancar, priaitu cepat 
paham. Bayu juga telah sangat dekat dengan orang tuanya. Dan yangpaling 
membuatnya tak percaya, bayu telah melamarnya pada orang 
tuanya.Rencananya pernikahan mereka tiga bulan lagi. Lamunan gadis itu 
dibuyarkan olehsesosok pria yang berdiri didepan pintu. “Zahra belum 
berubah.” Ucapnya, gadisitu menoleh. Ditatapnya orang itu cukup lama 
sebelum menyadari senyuman orangitu adalah senyuman khas dari orang yang
 dudlu dikenalnya. “Fuad?” tanya Zahratak menyangka. Orang itu adalah 
Fuad, senior Zahra dipesantren. Dia tua setahundari Fuad dan berteman 
baik dengan Fadli. Zahra telah menganggapnya sepertisaudara, dahulu 
gadis itu sering curhat tentang perasaannya ke Fadli pada Fuad.Dan pria 
itu akan selalu siap menjadi pendengar yang baik baginya. “akhi Fuadkok 
ada disini?” tanya gadis itu. Pria itu tertawa kecil, “saya juga 
mengajardisini.” “oh... senang bisa ketemu akhi lagi.” Ucap gadis itu 
lagi. “iya, sayajuga. Tapi sempat kecewa juga... sebelumnya zahra tidak 
menyapa saya sih.” Priaitu memasang senyum kecewa. Gadis itu 
mengernyitkan dahinya. “jangan bilangZahra tidak sadar, yang kamu tabrak
 dikampus tempo hari itu saya?” kali iniwajah pria itu jagi makin 
kecewa. “oh, jadi itu akhi? Maaf akhi.. waktu itusaya buru-buru.” Jawab 
gadis itu seraya menepuk jidatnya. Fuad hanya geleng-gelengkepala dan 
tersenyum kecil. “kalau begitu saya pergi dulu. 
Assalamu’alaikum.”Ucapnya. “wa’alaikumsalam.” Jawab Zahra.
Sebulantelah
 berlalu, tinggal dua bulan hingga hari pernikahannya dengan Bayu. 
Zahrajadi merasa gugup, namun hatinya mantap menerimapinangan Bayu. 
Hingga suatusiang, seusai jam mengajar seorang wanita cantik memasuki 
kelas Zahra. “anda..Zahra?” tanya wanita itu pelan. “iya saya.. ada 
apa?” tanya zahra dengansenyuman diwajahnya. Wanita itu lalu mengatakan,
 “tolong batalkan pernikahanmudengan Bayu.. saya mohon mbak Zahra. Saya 
mohon..” nampak wajah wanita ituterlihat sedih sekali, hampir-hampir 
airmata menetes dari pelupuk matanya yangsayu. Zahra yang mendengar 
ucapan wanita itu lalu terkejut.
Zahrasedang duduk 
bersama Fuad di sebuah kedai, dia telah menggap Fuad sebagaikakaknya 
sendiri karena itu menurutnya akan baik meminta saran dari pria itu.Pria
 itu masih diam menunggu zahra memulai percakapan. Zahra pun 
menceritakantentang kedatangan wanita itu, yang ternyata adalah Desi 
mantan tunangan Bayusebelum bertemu dengannya. Dia datang meminta agar 
zahra membatalkanpernikahannya agar Bayu menikahinya. Awalnya zahra 
menolak, tapi pikirannyadikacaukan karena alasan permohonan gila wanita 
itu. Kanker rahim, wanita itumenangis sesegukan ketika menceritakan 
tentang penyakitnya pada gadis itu.Bahwa hidupnya tidak akan mencapai 
dua tahun, yang diinginkan wanita ituhanyalah menikah dengan Bayu, dan 
bisa menjadi istrinya walau Cuma dua tahun.Itulah kebahagiaan terakhir 
yang dipintanya. Zahra merasa iba, namun satu sisipada dirinya pun amat 
mencintai Bayu dan tak bisa merelakannya. Fuad yangsedari tadi duduk 
dihadapannya hanya bisa terdiam. “zahra.” Ucapnya. Zahra lalumenoleh, 
mendapati fuad sedang menatapnya lekat-lekat. “apa kamu mencintaibayu?” 
tanyanya. Zahra mengangguk pelan. Fuad menghela nafas, 
kemudianmelanjutkan, “aku pun pasti bingung jika berada dalam posisimu. 
Ikutilah katahatimu, shalat dan berdoalah memohon petunjuk pada Allah. 
Janganbiarkan syaitanmenutup pintu hatimu. Ikuti kata hatimu zahra.” 
Lalu Fuad meninggalkan zahrayang terdiam. Itu adalah saran Fuad untuk 
zahra, saran terbaik yang bisadiberikan dari seseorang yang selalu tahu 
cara menyelesaikan masalah. Disatusisi, Fuad merasa jarum merajam 
hatinya. Hatinya remuk melihat respon zahraketika dia menanyakan 
perasaannya pada Bayu. Sesungguhnya dia berharap zahratak yakin akan 
perasaannya. Telah lama dia menyukai gadis itu, sejak gadis itumasuk ke 
pesantren mereka. Namun dulu, dia mengurungkan niatnya saat tahu 
gadisitu menyukai Fadli temannya. Saat tahu Fadli akan menikah dengan 
anak pak kyaihatinya terasa sejuk kembali, mengetahui kesempatannya 
kembali terbuka untukmendekati zahra. Namun kali ini sudah terlambat, 
gadis itu.. dia telahbenar-benar jatuh cinta pada pria lain, dan menutup
 hatinya untuk pria lain.Dia benar-benar mencintai Bayu.
Masihada
 waktu sebulan sebelum hari pernikahan, zahra memutuskan 
mengunjungipesantrennya dahulu. Rasanya telah begitu lama dia tak 
melihat pesantren itu,keridnuan akan pesantren itu tiba-tiba 
menyelimutinya. Kini dia telah dudukdiberanda sebuah rumah, dirumah 
itulah Fadli dan Sekar tinggal setelah merekamenikah. Pak kyai meningga 
setahun setelah mereka menikah. Ditangannya, Sekarnampak menggendong 
seorang bayi yang kira-kira berumur dua tahun. Lucu sekali,namanya 
Hasan. Sekar lalu membawa anaknya masuk kedalam. Setelah sekar 
masuk,Fadli menatap zahra dengan pandangan serius. “kau tak datang 
saatpernikahanku.” Katanya. “maafkan aku, saat itu aku tak sempat karena
 adakesibukan.” Zahra berbohong, dia tahu itu dosa tapi tak ingin Fadli 
tahuperasaannya pada pria itu dahulu. Pria itu nampaknya menangkap 
siratkebingungan pada mata gadis itu. “zahra.. apa ada yang kau 
pikirkan? Jika kaumau kau bisa ceritakan padaku.” Ucapnya dengan senyu 
ramah. Aneh sekali, ituadalah senyuman ramah yang sama dengan yang dulu 
tapi kali ini senyuman itu takmampu membuat hati gadis itu berdesir 
seperti dahulu. Mungkin karena kini diatelah benar-benar mencintai Bayu.
 Karena zahra sudah tak tahu harusmenceritakan pada siapa maka diapun 
menceritakan semuannya pada pria itu,persis seperti yang dia jelaskan 
pada Fuad. “zahra, benar kata Fuad, ikutilahkata hatimu. Allah bekerja 
dengan cara yang misterius zahra. Jika dia memang jodohmu,maka akan 
selalu ada jalan bagimu bersamanya. Kau tahu? Dahulu aku 
menyukaimu,namun aku tak berani menunjukkannya.. kau tahu mengapa? 
Karena aku tahu Fuadpun menaruh perasaan padamu. Akhirnya aku menerima 
perjodohan dengan sekar.Sekar wanita yang baik dan soleh, aku beruntung 
mendapatkan dia sebagaiistriku. Meski kau adalah orang yg pertama dulu 
kusuka, tapi sekarlah yangakhirnya menjadi pendampingku. Dan itu 
membuatku bahagia. Membuatku menyadari,bahwa cara kerja Allah mengatur 
hidup benar-benar misterius dan tak terduga.Yang kita perlukan hanyalah 
memohon petunjuknya. Jelasny dengan senyuman. Gadisitu terkejut 
mendengar penjelasan pria itu, dia tak menyangka ternyata Fadlipun dulu 
menaruh hati padanya. 
Duajam kemudian, setelah 
bercakap-cakap dengan Fadli dan Sekar zahra memohonpamit. Dijalan menuju
 rumahnya, kata-kata fuad tadi terus terngiang dibenaknya.Dia tak 
menyangka fadli dan fuad dulu menaruh rasa padanya. Dan fadli.. diapikir
 perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan. Gadis itu tertawa namun 
bukantawa bahagia. Dia menertawai dirinya, menertawai betapa dulu mereka
 bertigaterjebak dalam penjara hati mereka sendiri. Jika saja dulu dia 
beranimengungkap persaannya pada fadli, mungkin yang kini bersama pria 
itu dirinya.Ya, jika saya... 
Zahratelah tiba dirumahnya, seusai 
makan malam dial langsung mengurung diri dikamar.Dia ingin mengikuti 
saran fuad, sholat memohon petunjuk dan mengikuti katahatinya. Saat ini 
dia belum bisa menentukan jawabannya, karena hatinya masihdiisi 
keegoisan untuk memiliki Bayu. Malam itu dia melakukan sholat 
istikharahdan memanjatkan doa pada Allah SWT. Agar diberi petunjuk dalam
 menngatasi masalahyang kini dihadapinya dan diberi keberanian untuk 
menghadapi apapun yangterjadi akibat keputusannya esok. 
Mataharipagi
 masuk dari sela-sela jendela menerpa wajah ayu zahra. Zahra bangun 
denganhati yang lebih tenang, pagi itu seusai sarapan dia meminta Bayu 
agar datangkerumahnya siangnya. Zahra telah menemukan jawabannya, dan 
siang itu juga diaakan memberitahu Bayu dan orang tuanya. Siang 
menjelang, dirinya, bayu dankedua orang tuanya telah duduk diruang tamu.
 Mereka bertiga nampak bingung danmenatap pada zahra. Dengan senyum 
kecil zahra berkata, “maaf.. saya harusmembatalkan pernikahan.” Mereka 
bertiga langsung terkejut dengan ucapan gadisitu. “nak.. kamu jangan 
bercanda, tinggal sebulan lagi loh ini..” ucap ibunyadengan wajah 
khawatir. “zahra tidak bercanda bu, zahra memutuskan.. akan..membatalkan
 pernikahan.” Jelasnya. Gadis itu tak mau menatap wajah bayu. Bayuyang 
sedari tadi terdiam lalu angkat bicara, “mengapa?” zahra tersenyum 
kecut,lalu mengajak Bayu jalan keluar sementara orang tuanya menunggu 
diluar.“alasannya adalah Desi.” Jawab zahra singkat setelah mereka telah
 cukup jauhdari rumah. Zahra menceritakan semua perihal masalah desi dan
 terakhir diaberkata, “Bayu, nikahilah desi. Berikan kebahagiaan untuk 
sisa hidupnya. Hanyakamu kebahagiaan baginya. Saya mohon.” “lalu 
bagaimana dengan kita zahra?”tanya bayu. Zahra menggeleng kepala pelan. 
“aku tak tahu, Allah bekerja dengancara yang misterius, Bayu. Tak ada 
yang bisa menerka apa yang akan terjadi.Jika kita memang jodoh maka kita
 pasti akan bertemu kembali.” Jelas gadis itu.Kata-kata itu begitu kejam
 baginya, namun dia harus mengatakannya. “baiklah,jika itu yang terbaik.
 Tapi bisakah kau menungguku?”tanya pria itu lagi. “akankucoba, isnya 
allah” jawab wanita itu singkat. Mereka berjalan menuju rumahzahra. Bayu
 pamit pada orang tua gadis itu, nampak bapak gadisitu menepuk 
bahupemuda itu dan memohon maaf. Zahra memutuskan menemani pemuda itu 
menujumobilnya, ketika pria itu akan masuk zahra berkata, “bayu, terima 
kasih. Janganlupa undang aku.” Mereka berdua tersenyum, senyuman yang 
terpaksa. 
23November, harusnya menjadi hari 
pernikahan baginya dan Bayu. Tapi kali inizahra malah duduk dibangku 
tamu, dilihatnya Bayu bersama Desi dudukudipelaminan. Dia berusaha 
menahan tangisnya dan tersenyum. Meski dia tau itubegitu berat karena 
wanita yang mendampingi pria itu seharusnya dirinya bukan oranglain, 
namun dia berusaha menerimanya. Kali ini zahra memutuskan 
untukmendatangi pernikahan Bayu, dia tak ingin mengulang kesalahan yang 
sama sepertiyang dia lakukan terhadap pernikahan Fadli dahulu dengan 
tidak menghadirinya.Namun gadis itu tak bisa bertahan lama, dia lalu 
meninggalkan tem,pat itu danmasuk kedalam taksi. Disana, tangisnya sudah
 tak terbendung lagi. Semualukanya, dia tumpahkan melalui derai tangis 
yang mengaliri kulit pipinya yanglembut. Dia harus kuat, dia pasti bisa.
Duatahun
 berlalu, zahra masih bekerja sebagai guru. Kini dirinya dan fuad 
bertemandan diatahu bahwa sebentar lagi fuad akan menikah dengan salah 
seorang gurutempat mereka mengajar. Gadis itu nampak baik-baik saja, 
waktu dua tahun telahmenyembuhkan lukanya, walau kadang ketika melihat 
sekaleng kopi akan membuatperih dihatinya tapi kini sakitnya sudah tak 
berapa. Hanya saja hingga saat inizahra belum bisa menerima hati 
pria-pria yang mendekatinya. Mungkin memang..masih ada seberkas cinta 
pada Bayu yang membuatnya berharap akan keajaiban dariAllah. Sejak hari 
pernikahan pria itu, zahra tak pernah lagi mendengar kabarpria itu. 
Terakhir dia dengar dia keluar negri bersama istrinya karena diapindah 
kerja disana. Tapi gadis itu pun tak peduli, dia yang telah 
memutuskanpilihan itu. Segala sakit harus dia tanggung sendiri. Yang 
perlu dilakukannyahanyalah melanjutkan hidup. Karena dia yakin, 
seseorang diluar sana telahmenunggunya. 
Zahradiundang
 ke pesta pernikahan fuad, disana dia bertemu fadli dan sekar. Mereka 
semuanampak bahagia. Tiba-tiba gadis itu menangkap sesosok pria yang 
sangatfamiliar. Namun dia tak mau menggubrisnya, dia takut salah orang. 
Zahra mengiraorang itu adalah bayu, namun dia yakin itu pasti bukan bayu
 karena bayuharusnya berada diluar negri sekarang. Akhirnya zahra pamit 
akan pulang. Saatkeluar dari gedung didapatinya sosok pria itu berdiri 
dan tersenyum menatappadanya. Gadis itu diam seribu bahasa, tak mampu 
membahasakan apa yang diarasakan saat itu. Perlahan pria itu, bayu.. 
melangkah mendekatinya dan berkata,“aku tahu kau pasti akan menungguku..
 kita bertemu lagi. Assalamu’alaikumbidadariku.” Zahra tersenyum 
bahagia, dia bahakan tak sadar air mata yang hangattelah meleleh 
membasahi pipinya karena kebahagiaan.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar