Minggu, 11 Mei 2014

Assalamu’alaikum Bidadariku!

rencananya waktu itu mau diikutin lomba dikampus.. eh gk jadi karena sesuatu :3
sip.. silahkan di baca... saran dan komentar diharapkan... :nunduk:
warning: JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA ATAU TEMPAT ITU TIDAK DISENGAJA. -anggap aja saya emang suka nama kalian :3-
===========================================================

            Zahra masih terdiam, sudah 30 menitberlalu sejak dia duduk disamping jendela kamar, ditangannya nampak sebuahundangan yang masih belum terbuka. Sesekali dia menghela nafas pelan sambilmenatap keluar. Tapi dia tidak benar-benar melihat keluar, karena disana diahanya bisa melihat tiang jemuran. Tidak menarik. Ditatapnya undangan yangsedari tadi digenggamnya erat-erat. Zahra masih menimbang-nimbang untuk membacaundangan itu atau tidak. 45 menit berlalu, dia tersenyum kecil kemudian bangkitdari kursinya menuju meja belajar. Undangan itu disimpannya kedalam laci mejabelajar tanpa membacanya terlebih dahulu. Dia telah memutuskan untukmengabaikannya, dia tak ingin dirinya terluka.

            Adalah Fadli, nama seorang pria yangdulu pernah singgah dihati Zahra. Perasaan itu harus dipendamnya karena aturanagama yang tidak membolehkan berpacaran, ditambah lagi aturan pesanten tempatmereka menimba ilmu melarang keras jika ada muridnya yang berpacaran. Meskibegitu, zahra mengenalnya dengan baik karena dulu mereka sering berdiskusikeislaman bersama pak kyai. Dia pria yang baik dan sopan, agamanya apa lagi..salah satu murid kebanggaan pak kyai. “sungguh beruntung wanita yang kelakmenjadi istrinya.” Pikir Zahra saat itu. Kemarin dia menerima kiriman darikampungnya, berupa undangan. Seketika Zahra terkejut setelah membaca nama yangtertera  pada undangan itu, Fadli danSekar. SEKAR?! Zahra ingat gadis itu, dia adalah anak pak kyai, tentu saja pakkyai akan menjodohkan putri semata wayangnya pada Fadli, pria yang soleh. Zahramemutuskan tak ingin membaca undangan itu, dan tentunya diapun tak akanmenghadiri pernikahan mereka. “wanita mana yang bisa datang ke pernikahan priayang disukainya bersama wanita lain dengan senyuman?” batinnya. Dia telahmemutuskan, bersamaan dengan dsimpannya undangan itu dia akan mengubur perasaanitu dan fokus pada pendidikannya. Ya.. tekad Zahra telah bulat. Diapun yakin,jauh disana.. telah ada calon imam yang telah menantinya, calon imam yangdiridhoi Allah SWT, hanya untuknya.

            Tiga tahun berlalu dengan cepat, takpernah lagi Zahra mendengar berita tentang Fadli sejak undangan ituditerimannya. Zahra kini tengah sibuk menyusun skripsi, kesibukan itumemaksanya untuk sering ke perpustakaan. Dia tengah duduk disalah satu bangkuperpustakaan, beberapa buku tebal menumpuk didepannya. Terlihat kantung matadiwajahnya, dia kelelahan. Dikedip-kedipkan matanya untuk meregangkan ototmatanya agar kantuknya dapat tertahan barang sejenak. Seorang pria meletakkansekaling kopi dimejanya dan duduk disampingnya. Zahra kaget lalu memandangminuman dan pria itu secara bergantiang dengan ekspresi kebingungan. “untukmu..minumlah, kau nampak begitu kelelahan.” Ujar suara itu pelan, sampak senyumankecil diujung bibirnya. “terima kasih.” Ucap Zahra lalu meminum kopi itu pelan.Pria itu terus duduk tenang disampingnya, dia bahkan tidak sedang membaca buku.

            Zahra masih berkutat denganbuku-buku yang dibacanya. Pria disampingnya belum juga pergi, padahal tak adabuku yang dibacanya, dia hanya duduk dan diam. Lama-lama Zahra pun merasa risihkarenanya. Dia menghela nafas dan merapikan barang-barangnya, “lebih baik akupulang saja dan menyelesaikannya di kos.” Pikirnya. Dia mengembalikan beberapabuku pada raknya dan sebagian dia bawa kepengawas untuk dipinjam. Zahra sempatmelirik sedikit kearah tempat pria tadi duduk, pria itu telah menghilang. Zahramengernyitkan dahinya. Saat keluar, lagi-lagi Zahra dikagetkan oleh sosok priatadi yang telah menungguinya diluar. Pria itu tersenyum dan menatap kearahZahra, dan Zahra yang masih syok hanya bisa terdiam melihat pria itu. “halo..Zahra kan?” tanya pria itu. Zahra mengangguk mengiyakan, kemudian balikbertanya, “ maaf.. apa saya kenal anda?” Pria itu tertawa kecil, “tidak.. kamutidak kenal saya, tapi saya tahu kamu.” Jawab pria itu. Pria itu melanjutkan,“bagaimana kalo kita ngobrol? Kamu juga belum makan siang kan?” Zahra diamsejenak, kemudian menjawab, “saya memang belum makan siang...” wajah pria ituterlihat senang, tapi kemudian Zahra melanjutkan, “tapi saya harus shalatterlebih dulu, dan saya juga sedang tidak ada waktu untuk ngobrol. Jadi tidakusah terima kasih. Maaf, permisi. Assalamu’alaikaum.” Zahra meninggal pria itu.Pria itu nampak bingung mendengar jawaban Zahra tadi, “sholat?” gumamnyabingung. Tapi kemudian dia kembali tersenyum menatap kepergian Zahra, “menariksekali, kau memang wanita yang menarik Zahra.” Batinnya.

Malammenjelang, Zahra kembali bermain dengan buku-buku yang sore tadi dipinjamnya.Namun Zahra terus saja gagal berkonsentrasi, kejadian diperpustakaan tadi terusmenerus membayanginya. Ada begitu banyak pertanyaan dibenaknya. Dari mana priaitu tahu namanya? Pria itu mengetahuinya tapi dia tak mengenalnya? Mengapa diamemberikan Zahra minuman? padahal Zahra tak mengenalnya. “tapi kalaudipikir-pikir, dia orang yang baik. Dan juga tampan...” pikirnya sambiltersenyum kecil. Wajah tampan pria itu lalu terlintas dipikirannya, sontak diaberistighfar berkali-kali. “astaghfirullah! Apa yang kupikirkan. Pikiranku telahdiracuni setan. Ya Allah.. jauhkan aku dari godaan setan.” Ucapnya pelan. Zahrakemudian menghela nafas dan berusaha kembali berkutat dengan buku-buku yangdipinjamnya, tapi masih gagal, dia masih belum bisa konsentrasi. “mungkin akukelelahan. Kalau aku istirahat sebentar, pasti bisa konsentrasi lagi.”Pikirnya. Zahra pun berbaring di kasurnya dan masuk ke alam mimpi.
Zahraterbangun dengan mata terbelalak, “Astaghfirullahaladzim!” ucapnya. Dia menutupmulutnya, tak percaya dengan apa yang dimimpikannya.terdengar suara adzanmengagetkannya meski terdengar samar. Dia langsung meraih jam waker-nya danlagi-lagi matanya terbelalak menatap jam itu. “ sudah jam 5?” ucapnya takpercaya. Dia langsung menepuk jidatnya, menyaari kalau dia lupa menyetingalarmnya padahal dia hanya berencana tidur selama satu atau dua jam saja. Diamenghela nafas sekali, kemudian bangkit untuk berwudhu dan menunaikan sholatsubuh.
Zahranampak mengunyah dengan kesal, ditangannya terlihat segelas es buah. Saat inidia sedang duduk di stand penjual es buah seberang perpustakaan. “siapa sihpria itu? Aku jadi sulit konsentrasi.. dia bahkan sampai memasuki alam mimpiku.Setan benar-benar berniat menggodaku.” Pikirnya. “ah! Kita bertemu lagi Zahra.Loh.. kenapa cemberut?” suara pria yang mengagetkan Zahra, namun dia mengenalsuara itu.. suara pria yang bertemu dengannya di perpustakaan waktu itu. Priaitu lalu duduk tak jauh dari Zahra, “bu, pesan es buah satu.” Ucapnya padapenjual. “oh, iya mas bayu. Yang seperti biasa kan?” penjual itu kembalibertanya. “iya.” Jawab pria yang ternyata bernama bayu itu dengan senyumlembut. Zahra menatap penjual es buah dan bayu bergantian dengan penuh tanya.“nama saya bayu...” ucapnya memperkenalkan diri. “Zahra..” jawab Zahra singkat.“iya. Saya sudah tahu.” Ucap bayu sambil tertawa kecil. Bayu menerima es buahyang diberi penjual, dan mulai melahap es buahnya. “saya bekerja disekita sini,saya langganan disini makanya bu Siti mengenal saya.” Ujarnya sambil meliirksekali kepenjual es buah yang bernama bu Siti. Zahra menganggukkan kepalanyapelan. “terus dari mana kamu tahu nama saya?” Zahra kemudian bertanya. Bayumasih tersenyum ramah dan menjawab, “oh itu.. dulu, saya tidak sengaja lihatkamu ngobrol sama rekan kerja saya waktu kami makan es buah rame-rame disini.Dia salah seorang seniormu, namanya Neneng. Dia yang memberi tahu namamu” Zahralangsung teringat kejadian itu. Hening sesaat, kemudian Zahra angkat bicara.“kalau begitu saya permisi. Assalamu’alaikum.” Ucapnya dan meninggalkan tempatitu. “wa’alaikumsalam” jawab ibu Siti pelan. “cantik ya, mas Bayu?” lanjutnyasambil menatap Zahra yang menjauh. Bayu hanya tersenyum. “mas Bayu kalau maudeket sama dia, agamanya dibagusin dulu. Wanita solehah loh dia..” ujar bu Sitilagi. Bayu kini melongo mendengar ucapan ibu itu, tapi setelah itu diamengangguk setuju.

Bunyihandphone mengalihkan pandangan Zahra dari buku-buku yang dibacanya. Nomor takdikenal. “Assalamu’alaikum. Ini siapa?” tanya Zahra pelan. “ya, halo.. inibayu.” Zahra terperanjat. “ahmaaf.. saya dapat nomor telfonmu dari Neneng.”Lanjutnya. “oh iya, ukhti Neneng. Harusnya sudah kuduga.” Batin Zahra. “adakeperluan apa?” tanya Zahra lagi. Bayu menjawab, “ah.. itu. Kalau boleh sayamau minta diajarkan agama sama kamu. Boleh kan?” Zahra berfikir sejenak. Umatmuslim diperintahkan untuk menyebarkan agama, dan membantu sesama dan salingmengajarkan. Dia menarik nafas dalam-dalam, “baiklah, besok jam dua siangdiperpustakaan.” Ujarnya. “oke, Assalamu’alaikum.” Jawab Zayu lalu telfonditutup. “wa’alaikumsalam.” Jawab Zahra pelan seakan tak percaya dengan yangbaru didengarnya. Bayu mengucapkan “Assalamu’alaikum” untuk pertama kalinyapadanya. Sementara itu, Bayu nampak sangat senang. Tangannya mengutak-atiklaptop, mengerjakan sesuatu. Pikirannya kembali pada percakapannya denganpenjual es buah tadi siang, sebuah senyum tersungging dibibirnya. “bu,ngomong-ngomong. ‘Assalamu’alaikum’ itu apa?” tanya bayu bingung. Ibu itutertawa lalu menjelaskan, “itu salam yang digunakan umat islam pada sesaam umat.Itu adalah doa keselamatan. Jika mas Bayu denger ada orang mengucapkannya harusdijawab ‘wa’alaikumsalam’.” Bayu menganggukkan kepala, “oh.. kalo begitu sayapermisi juga bu. Assalamu’alaikum.” Ucap Bayu girang meninggalkan stand itu.Ibu itu hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala, “wa’alaikumsalam” ucapnyapelan.

Zahra kiniduduk disalah satu kursi perpustakaan. Dihadapannya Bayu telah duduk manis.“jadi kamu mau belajar apa?” tanya Zahra. matanya menatap ke bawah, tatapanpria itu yang lurus padanya membuatnya risih. “agama...” jawab bayu singkatdengan wajah polos dan senyum yang masih tersungging. Zahra mengernyitkandahinya, “maksud saya.. apa saja yang sudah kamu ketahui tentang agama islam?”kali ini dia mengubah pertanyaannya. Pria itu mengeleng kepala, tanda tak ada.Zahra sempat terkejut, namun kembali tenang. Dia kemudian berdiri dan mengambilsebuah buku dari salah satu rak dan menyodokannya pada pria dihadapannya itu.“karena kamu belum tahu apa-apa tentang islam, kamu baca saja dulu buku itu.Minggu depan, kita ketemu lagi disini jam yang sama. Assalamu’alaikum.” Zahralalu pergi. “wa’alaikumsalam” jawab Bayu pelan sambil menatap kepergian gadisitu. Kemudian dilihatnya buku yang tadi diberi Zahra, “SEJARAH ISLAM” tertulispada sampulnya.

Zahraberjalan di area kampusnya, langkahnya begitu cepat seakan ada sesuatumengejarnya. Sesungguhnya dia merasa tak enak hati meninggalkan Bayu sepertitadi, tak sopan dan tidak bertanggung jawab! Tapi dia pun tak bisa apa-apa, diaharus mempersiapkan banyak hal untuk wisudanya hari sabtu. Tiba-tiba diamenabrak seseorang, “maaf” ucapnya. Namun tak ada waktu untuk menatap orangitu, gadis itu melanjutkan langkahnya. Sementara itu, orang yang tadi ditabrakgadis itu hanya tersenyum dan bergumam, “Zahra belum berubah.”

Sabtu,kini Zahra sedang berdiri menatap dua sosok dihadapannya dengan senyum bangga. Beberapamenit kemudian, salah satunya memeluk tubuhnya erat, dan nampak airmata terharudiwajahnya. Kedua sosok itu adalah ayah ibunya. Wajah gadis itu lalu berubahterkejut, bukan karena ayahnya.. tapi karena sosok pria yang ada dibelakangayahnya. Pria itu berjalan kearahnya dengan menggenggam sebuket bunga mawarmerah di tangan kanannya. Pria itu adalah Bayu, “Assalamu’alaikum.” Sapanya.“wa’alaikumsalam.” Jawab Zahra dan kedua orangtuanya. Bayu menyodorkan bungayang dibawanya pada Zahra, “untukmu.. selamat ya.” “terima kasih.” Ucap zahratersenyum. Gadis itu lalu memperkenalkan pria itu pada kedua orangtuanyasebagai teman dan muridnya.

Zahraduduk dikelas yang tengah kosong karena murid-muridnya telah pulang. Sudah duabulan sejak wisudanya, kini dia bekerja sebagai guru disalah satu sekolahdikota itu. Kegiatan belajar-mengajarnya dengan Bayu pun berjalan lancar, priaitu cepat paham. Bayu juga telah sangat dekat dengan orang tuanya. Dan yangpaling membuatnya tak percaya, bayu telah melamarnya pada orang tuanya.Rencananya pernikahan mereka tiga bulan lagi. Lamunan gadis itu dibuyarkan olehsesosok pria yang berdiri didepan pintu. “Zahra belum berubah.” Ucapnya, gadisitu menoleh. Ditatapnya orang itu cukup lama sebelum menyadari senyuman orangitu adalah senyuman khas dari orang yang dudlu dikenalnya. “Fuad?” tanya Zahratak menyangka. Orang itu adalah Fuad, senior Zahra dipesantren. Dia tua setahundari Fuad dan berteman baik dengan Fadli. Zahra telah menganggapnya sepertisaudara, dahulu gadis itu sering curhat tentang perasaannya ke Fadli pada Fuad.Dan pria itu akan selalu siap menjadi pendengar yang baik baginya. “akhi Fuadkok ada disini?” tanya gadis itu. Pria itu tertawa kecil, “saya juga mengajardisini.” “oh... senang bisa ketemu akhi lagi.” Ucap gadis itu lagi. “iya, sayajuga. Tapi sempat kecewa juga... sebelumnya zahra tidak menyapa saya sih.” Priaitu memasang senyum kecewa. Gadis itu mengernyitkan dahinya. “jangan bilangZahra tidak sadar, yang kamu tabrak dikampus tempo hari itu saya?” kali iniwajah pria itu jagi makin kecewa. “oh, jadi itu akhi? Maaf akhi.. waktu itusaya buru-buru.” Jawab gadis itu seraya menepuk jidatnya. Fuad hanya geleng-gelengkepala dan tersenyum kecil. “kalau begitu saya pergi dulu. Assalamu’alaikum.”Ucapnya. “wa’alaikumsalam.” Jawab Zahra.

Sebulantelah berlalu, tinggal dua bulan hingga hari pernikahannya dengan Bayu. Zahrajadi merasa gugup, namun hatinya mantap menerimapinangan Bayu. Hingga suatusiang, seusai jam mengajar seorang wanita cantik memasuki kelas Zahra. “anda..Zahra?” tanya wanita itu pelan. “iya saya.. ada apa?” tanya zahra dengansenyuman diwajahnya. Wanita itu lalu mengatakan, “tolong batalkan pernikahanmudengan Bayu.. saya mohon mbak Zahra. Saya mohon..” nampak wajah wanita ituterlihat sedih sekali, hampir-hampir airmata menetes dari pelupuk matanya yangsayu. Zahra yang mendengar ucapan wanita itu lalu terkejut.

Zahrasedang duduk bersama Fuad di sebuah kedai, dia telah menggap Fuad sebagaikakaknya sendiri karena itu menurutnya akan baik meminta saran dari pria itu.Pria itu masih diam menunggu zahra memulai percakapan. Zahra pun menceritakantentang kedatangan wanita itu, yang ternyata adalah Desi mantan tunangan Bayusebelum bertemu dengannya. Dia datang meminta agar zahra membatalkanpernikahannya agar Bayu menikahinya. Awalnya zahra menolak, tapi pikirannyadikacaukan karena alasan permohonan gila wanita itu. Kanker rahim, wanita itumenangis sesegukan ketika menceritakan tentang penyakitnya pada gadis itu.Bahwa hidupnya tidak akan mencapai dua tahun, yang diinginkan wanita ituhanyalah menikah dengan Bayu, dan bisa menjadi istrinya walau Cuma dua tahun.Itulah kebahagiaan terakhir yang dipintanya. Zahra merasa iba, namun satu sisipada dirinya pun amat mencintai Bayu dan tak bisa merelakannya. Fuad yangsedari tadi duduk dihadapannya hanya bisa terdiam. “zahra.” Ucapnya. Zahra lalumenoleh, mendapati fuad sedang menatapnya lekat-lekat. “apa kamu mencintaibayu?” tanyanya. Zahra mengangguk pelan. Fuad menghela nafas, kemudianmelanjutkan, “aku pun pasti bingung jika berada dalam posisimu. Ikutilah katahatimu, shalat dan berdoalah memohon petunjuk pada Allah. Janganbiarkan syaitanmenutup pintu hatimu. Ikuti kata hatimu zahra.” Lalu Fuad meninggalkan zahrayang terdiam. Itu adalah saran Fuad untuk zahra, saran terbaik yang bisadiberikan dari seseorang yang selalu tahu cara menyelesaikan masalah. Disatusisi, Fuad merasa jarum merajam hatinya. Hatinya remuk melihat respon zahraketika dia menanyakan perasaannya pada Bayu. Sesungguhnya dia berharap zahratak yakin akan perasaannya. Telah lama dia menyukai gadis itu, sejak gadis itumasuk ke pesantren mereka. Namun dulu, dia mengurungkan niatnya saat tahu gadisitu menyukai Fadli temannya. Saat tahu Fadli akan menikah dengan anak pak kyaihatinya terasa sejuk kembali, mengetahui kesempatannya kembali terbuka untukmendekati zahra. Namun kali ini sudah terlambat, gadis itu.. dia telahbenar-benar jatuh cinta pada pria lain, dan menutup hatinya untuk pria lain.Dia benar-benar mencintai Bayu.

Masihada waktu sebulan sebelum hari pernikahan, zahra memutuskan mengunjungipesantrennya dahulu. Rasanya telah begitu lama dia tak melihat pesantren itu,keridnuan akan pesantren itu tiba-tiba menyelimutinya. Kini dia telah dudukdiberanda sebuah rumah, dirumah itulah Fadli dan Sekar tinggal setelah merekamenikah. Pak kyai meningga setahun setelah mereka menikah. Ditangannya, Sekarnampak menggendong seorang bayi yang kira-kira berumur dua tahun. Lucu sekali,namanya Hasan. Sekar lalu membawa anaknya masuk kedalam. Setelah sekar masuk,Fadli menatap zahra dengan pandangan serius. “kau tak datang saatpernikahanku.” Katanya. “maafkan aku, saat itu aku tak sempat karena adakesibukan.” Zahra berbohong, dia tahu itu dosa tapi tak ingin Fadli tahuperasaannya pada pria itu dahulu. Pria itu nampaknya menangkap siratkebingungan pada mata gadis itu. “zahra.. apa ada yang kau pikirkan? Jika kaumau kau bisa ceritakan padaku.” Ucapnya dengan senyu ramah. Aneh sekali, ituadalah senyuman ramah yang sama dengan yang dulu tapi kali ini senyuman itu takmampu membuat hati gadis itu berdesir seperti dahulu. Mungkin karena kini diatelah benar-benar mencintai Bayu. Karena zahra sudah tak tahu harusmenceritakan pada siapa maka diapun menceritakan semuannya pada pria itu,persis seperti yang dia jelaskan pada Fuad. “zahra, benar kata Fuad, ikutilahkata hatimu. Allah bekerja dengan cara yang misterius zahra. Jika dia memang jodohmu,maka akan selalu ada jalan bagimu bersamanya. Kau tahu? Dahulu aku menyukaimu,namun aku tak berani menunjukkannya.. kau tahu mengapa? Karena aku tahu Fuadpun menaruh perasaan padamu. Akhirnya aku menerima perjodohan dengan sekar.Sekar wanita yang baik dan soleh, aku beruntung mendapatkan dia sebagaiistriku. Meski kau adalah orang yg pertama dulu kusuka, tapi sekarlah yangakhirnya menjadi pendampingku. Dan itu membuatku bahagia. Membuatku menyadari,bahwa cara kerja Allah mengatur hidup benar-benar misterius dan tak terduga.Yang kita perlukan hanyalah memohon petunjuknya. Jelasny dengan senyuman. Gadisitu terkejut mendengar penjelasan pria itu, dia tak menyangka ternyata Fadlipun dulu menaruh hati padanya.

Duajam kemudian, setelah bercakap-cakap dengan Fadli dan Sekar zahra memohonpamit. Dijalan menuju rumahnya, kata-kata fuad tadi terus terngiang dibenaknya.Dia tak menyangka fadli dan fuad dulu menaruh rasa padanya. Dan fadli.. diapikir perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan. Gadis itu tertawa namun bukantawa bahagia. Dia menertawai dirinya, menertawai betapa dulu mereka bertigaterjebak dalam penjara hati mereka sendiri. Jika saja dulu dia beranimengungkap persaannya pada fadli, mungkin yang kini bersama pria itu dirinya.Ya, jika saya...
Zahratelah tiba dirumahnya, seusai makan malam dial langsung mengurung diri dikamar.Dia ingin mengikuti saran fuad, sholat memohon petunjuk dan mengikuti katahatinya. Saat ini dia belum bisa menentukan jawabannya, karena hatinya masihdiisi keegoisan untuk memiliki Bayu. Malam itu dia melakukan sholat istikharahdan memanjatkan doa pada Allah SWT. Agar diberi petunjuk dalam menngatasi masalahyang kini dihadapinya dan diberi keberanian untuk menghadapi apapun yangterjadi akibat keputusannya esok.

Mataharipagi masuk dari sela-sela jendela menerpa wajah ayu zahra. Zahra bangun denganhati yang lebih tenang, pagi itu seusai sarapan dia meminta Bayu agar datangkerumahnya siangnya. Zahra telah menemukan jawabannya, dan siang itu juga diaakan memberitahu Bayu dan orang tuanya. Siang menjelang, dirinya, bayu dankedua orang tuanya telah duduk diruang tamu. Mereka bertiga nampak bingung danmenatap pada zahra. Dengan senyum kecil zahra berkata, “maaf.. saya harusmembatalkan pernikahan.” Mereka bertiga langsung terkejut dengan ucapan gadisitu. “nak.. kamu jangan bercanda, tinggal sebulan lagi loh ini..” ucap ibunyadengan wajah khawatir. “zahra tidak bercanda bu, zahra memutuskan.. akan..membatalkan pernikahan.” Jelasnya. Gadis itu tak mau menatap wajah bayu. Bayuyang sedari tadi terdiam lalu angkat bicara, “mengapa?” zahra tersenyum kecut,lalu mengajak Bayu jalan keluar sementara orang tuanya menunggu diluar.“alasannya adalah Desi.” Jawab zahra singkat setelah mereka telah cukup jauhdari rumah. Zahra menceritakan semua perihal masalah desi dan terakhir diaberkata, “Bayu, nikahilah desi. Berikan kebahagiaan untuk sisa hidupnya. Hanyakamu kebahagiaan baginya. Saya mohon.” “lalu bagaimana dengan kita zahra?”tanya bayu. Zahra menggeleng kepala pelan. “aku tak tahu, Allah bekerja dengancara yang misterius, Bayu. Tak ada yang bisa menerka apa yang akan terjadi.Jika kita memang jodoh maka kita pasti akan bertemu kembali.” Jelas gadis itu.Kata-kata itu begitu kejam baginya, namun dia harus mengatakannya. “baiklah,jika itu yang terbaik. Tapi bisakah kau menungguku?”tanya pria itu lagi. “akankucoba, isnya allah” jawab wanita itu singkat. Mereka berjalan menuju rumahzahra. Bayu pamit pada orang tua gadis itu, nampak bapak gadisitu menepuk bahupemuda itu dan memohon maaf. Zahra memutuskan menemani pemuda itu menujumobilnya, ketika pria itu akan masuk zahra berkata, “bayu, terima kasih. Janganlupa undang aku.” Mereka berdua tersenyum, senyuman yang terpaksa.

23November, harusnya menjadi hari pernikahan baginya dan Bayu. Tapi kali inizahra malah duduk dibangku tamu, dilihatnya Bayu bersama Desi dudukudipelaminan. Dia berusaha menahan tangisnya dan tersenyum. Meski dia tau itubegitu berat karena wanita yang mendampingi pria itu seharusnya dirinya bukan oranglain, namun dia berusaha menerimanya. Kali ini zahra memutuskan untukmendatangi pernikahan Bayu, dia tak ingin mengulang kesalahan yang sama sepertiyang dia lakukan terhadap pernikahan Fadli dahulu dengan tidak menghadirinya.Namun gadis itu tak bisa bertahan lama, dia lalu meninggalkan tem,pat itu danmasuk kedalam taksi. Disana, tangisnya sudah tak terbendung lagi. Semualukanya, dia tumpahkan melalui derai tangis yang mengaliri kulit pipinya yanglembut. Dia harus kuat, dia pasti bisa.

Duatahun berlalu, zahra masih bekerja sebagai guru. Kini dirinya dan fuad bertemandan diatahu bahwa sebentar lagi fuad akan menikah dengan salah seorang gurutempat mereka mengajar. Gadis itu nampak baik-baik saja, waktu dua tahun telahmenyembuhkan lukanya, walau kadang ketika melihat sekaleng kopi akan membuatperih dihatinya tapi kini sakitnya sudah tak berapa. Hanya saja hingga saat inizahra belum bisa menerima hati pria-pria yang mendekatinya. Mungkin memang..masih ada seberkas cinta pada Bayu yang membuatnya berharap akan keajaiban dariAllah. Sejak hari pernikahan pria itu, zahra tak pernah lagi mendengar kabarpria itu. Terakhir dia dengar dia keluar negri bersama istrinya karena diapindah kerja disana. Tapi gadis itu pun tak peduli, dia yang telah memutuskanpilihan itu. Segala sakit harus dia tanggung sendiri. Yang perlu dilakukannyahanyalah melanjutkan hidup. Karena dia yakin, seseorang diluar sana telahmenunggunya.

Zahradiundang ke pesta pernikahan fuad, disana dia bertemu fadli dan sekar. Mereka semuanampak bahagia. Tiba-tiba gadis itu menangkap sesosok pria yang sangatfamiliar. Namun dia tak mau menggubrisnya, dia takut salah orang. Zahra mengiraorang itu adalah bayu, namun dia yakin itu pasti bukan bayu karena bayuharusnya berada diluar negri sekarang. Akhirnya zahra pamit akan pulang. Saatkeluar dari gedung didapatinya sosok pria itu berdiri dan tersenyum menatappadanya. Gadis itu diam seribu bahasa, tak mampu membahasakan apa yang diarasakan saat itu. Perlahan pria itu, bayu.. melangkah mendekatinya dan berkata,“aku tahu kau pasti akan menungguku.. kita bertemu lagi. Assalamu’alaikumbidadariku.” Zahra tersenyum bahagia, dia bahakan tak sadar air mata yang hangattelah meleleh membasahi pipinya karena kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar